Body Dysmorphic Disorder

Penampilan memang penting. tapi, itu nggak perlu menjadikanmu budak cermin! Nggak semua orang melihat dari sisi luarnya aja kok. justru inner beauty-lah yang menonjolkan kecantikan seseorang. Cantik secara fisik tapi tak dibarengi oleh behaviour yang baik atau brain yang oke juga nggak jadi asyik. Bayangin, wajah cantik, tapi di ajak ngobrol nggak pernah nyambung apa gak bikin bete ? Berhidung mancung serta bermata indah, tapi setiap omongannya nyakitin perasaan mulu, apa gak bikin kesel ?



Katharine A. Philips M.D. penulis The Broken Mirror : Understanding and Treating Body Dysmorphic Disorder. Mengatakan bahwa kehilangang kepercayaan diri terhadap penampilan fisik ini dapat menjadi masalah yang sangat serius apabila tidak ditangani dengan baik. Awalnya  penderita merasa tidak puas dengan bagian tubuhnya dan lambat laun ketidakpuasan itu akan berubah menjadi  obsesi berlebihan untuk memiliki yang lebih baik, apabila perubahaan itu nggak bisa didapatkan dan itu bisa membuat penderita mengasingkan diri dari pergaulan untuk menghindarkan 'ketidaksempurnaan' dirinya dari pandangan orang lain, yang padahal orang lain melihat semuanya normal-normal aja. Nggak sedikit penderita BDD akhirnya harus melalui perawatan serius dari seorang psikiater atau malah mencoba untuk bunuh diri ! ngeri kan ?


seorang psikologis dari Italia, Enrique Morselli, memunculkan istilah dismorfobia untuk menerangkan kondisi patologis seseorang karena terus menerus memikirkan imagine dfect (kekurangan imajiner) dirinya.  BDD, secara formal juga tercantum dalam Diagnostic dan Statistic Manual of Mental Disorder (4th Ed.), untuk menerangkan kondisi seseorang yang terus menerus memikirkan kekurangan fisik minor atau bahkan imagine defect.

Karakteristik dari penderita BDD, diantaranya:1) Rendahnya self-esteem dan konsep diri negatif2) Menghabiskan 1-3 jam setiap hari untuk mengurusi penampilan3) Menghindari situasi sosial dan penurunan fungsi sosial4) Disertai symptom depresi

Seperti kebanyakan gangguan psikologis, Tubuh dismorfik Disorder juga dapat diobati dengan kombinasi obat-obatan dan konseling. Obat dan berbicara adalah metode menyelidik yang membantu pasien untuk keluar dengan alasan di balik keyakinan kuat bahwa mereka telah tentang penampilan mereka. Secara bertahap pasien dibawa berhadapan dengan kenyataan dan akibatnya mereka mulai menjalani hidup normal di mana mereka mengungkapkan diri mereka sebagai kepercayaan dan individu cerdas tanpa jejak kompleks.

Dr. Robert Rey, seorang ahli operasi plastik. Mengatakan bahwa mengikuti keinginan penderita BDD untuk operasi plastik nggak akan pernah membawa kepuasan bagi mereka, karena mereka akan selalu datang lagi untuk operasi-operasi selanjutnya.

efek dari rasa nggak puas terhadap bagian tubuhmu itu bisa berdampak sejauh itu. sebelum semua itu terjadi , stop berjam-jam hanya untuk mencari kekurangan dari tubuhmu, kemudian menyesali kekurangan itu. Cermin nggak akan mengubahmu menjadi sempurna, kok! Jangan pernah merasa minder dan rendah diri dengan kekurangan kamu ! Tonjolkanlah apa yang menjadi kelebihanmu !

xoxo,

Dhisa ^ ^